Riuh tepuk tangan seisi gedung terdengar meriah, sesaat setelah alunan musik biola When I Fall in Love selesai dengan sempurna. Pemuda pemain biola itu terlihat tampan dengan balutan celana dan tuxedo berwarna putih dengan kemeja putih di dalamnya. Semakin serasi dengan biola putih yang dibawanya sejak 10 menitan yang lalu. Senyum maut yang-bisa-bikin-melting-seluruh-kaum-hawa sang pemuda itupun kembali tercipta. Tapi ternyata di balik senyumnya itu dia menyebunyikan sesuatu. Matanya terlihat sedang memandang kursi bagian penonton. Seperti mencari sesuatu.
Tiba-tiba dari backstage terlihat sang mama pemuda itu dan memanggilnya. Serentak diapun membungkukkan badan dengan hormat sebagai tanda permainannya telah usai.
“What a best performance, boy..” teriakan seorang wanita paruh baya dari backstage dan mencoba memeluk seorang Pemuda yang bernama Reno itu.
“Thank You, Mam..” kata Pemuda itu sembari membalas pelukan ibundanya tercinta.
Mama Renopun menanyakan kenapa Reno terpaku di atas panggung selama beberapa saat setelah permainannya selesai. Renopun menceritakan semua yang selama 2 minggu terakhir ini menjadi pikiran olehnya.
------ Flashback on -------
Sebuah amplop biru muda dan setangkai mawar putih terletak di teras rumah kediaman keluarga Albern. Tiba-tiba ada seorang wanita patuh baya yang mencoba mengambil barang sedari tadi menjadi objek pengamatannya. Rupanya dia adalah seorang kepala pembantu di rumah tersebut. Dilihatnya surat tersebut, dan membaca bagian depan amplop surat. “To : Violin Prince.” Tiga kata tersebut terucap dari mulut wanita itu. Diapun langsung melangkahkan kaki ke dalam rumah majikannya dan menyerahkan surat itu kepada si-alamat-surat yang berhak menerima.
Pintu putih itupun dibuka, terdengar sebuah alunan lagu klasik dari ruangan tersebut. Si-alamat-surat yang tertera pada surat tersebut memainkan biolanya. Tiba-tiba permainan itu terhenti, ketika Pemuda itu mendengar hentakkan kaki dari arah pintu kamarnya.
“Ada apa Bi..?” kata Pemuda itu sambil meletakkan biola pada king size bed nya.
“Ini, ada surat untuk Reno.” Begitulah para pembantu memanggil Reno. Bukan memanggil dengan kata tuan muda atau kata yang sederajat dengan itu. Reno lebih suka di panggil dengan nama aslinya Reno. Pikir Reno, dengan panggilan tersebut dapat membuatnya lebih akrab dengan para pembantu di rumahnya.
Renopun memandangi amplop surat tersebut. Cantik. Berwarna biru muda, dan di atasnya terdapat bunga mawar putih kesukaan Reno. Tulisan alamat-tujuan pun terlihat begitu sangat rapi.
Dia memulai membukanya. Terdapat beberapa kalimat dengan tulisan yang sangat-amat rapi tertera pada kertas yang selaras dengan amplop surat tersebut. Matanya mulai terpaku pada tulisan indah itu dan memulai membacanya.
Sempat ku berpikir..
Tak ada gunanya aku hidup di dunia yang fana ini..
Semua cahayaku telah hilang..
Hanya ada titik-titik kegelapan yang mulai menghiasi hariku..
Tapi..
Ternyata semua itu salah..
Cahaya itu kembali datang..
Melalui gesekan tiap gesekan alunan melodimu..
Thanks for all ..
Mungkin kata itu terlihat tidak begitu sempurna. Tapi, kata tersebut dapat membuat si-alamat-surat itu tersenyum. Satu minggu kemudian, dia mendapati amplop yang persis dengan amplop kemarin pada teras rumahnya. Mungkin seminggu kemarin yang mengantarkan adalah Bi Okki, tapi kali ini dia sendiri yang mengambilnya. Masih sama seperti kemarin, amplop biru muda dengan mawar putih yang setia mendampingi surat tersebut.
Dia kembali membuka amplop tersebut. Dia mendapati kembali tulisan rapi itu menghiasi baris demi baris kertas surat.
Senyum indahmu..
Tatapan mata teduhmu..
Alunan lembut melodimu..
Akan selalu menjadi cahaya hidupku..
Aku sadar..
Aku adalah sesosok perempuan yang tak sempurna..
Aku mungkin hanya bisa melihatmu dari kejauhan..
Aku mungkin hanya bisa mendengar setiap melodimu..
Tapi..
Izinkan aku memelihara perasaan..
Yang sudah lama tak ku rasa..
DEG.!! Getar itu kembali datang, getar yang mungkin selama 1,5 tahun yang lalu tak pernah ia rasakan. Getar itu kembali tumbuh, ketika Reno membaca 2 kalimat akhir bait puisi tersebut. Perasaan..? Cinta..? Atau Sayang..? Atau perasaan bahagia seperti fans jika bertemu sang idolanya. Kalimat itu terus membayangi otaknya. Reno memasukkan surat tersebut pada laci, tempat di mana surat pertama dari-seseorang-yang-tak-pernah-tahu-siapa itu di simpannya.
------ Flashback end -------
Mendengar cerita anak kedua sekaligus anak bungsunya, mama Reno menjadi tersenyum dan mengatakan hal-hal kecil pada Reno. Senyum wanita itu kembali mengembang, bersamaan dengan langkah kakinya menuju alphard hitamnya. Sudah lama anak bungsunya itu tidak merasa gelisah tak karuan karena sesosok perempuan. Terakhir dia mendapati Reno bersikap seperti itu, sebelum perempuan yang di sayanginya meninggal karena penyakit leukimia 1,5 tahun yang lalu.
~Bersambung :)
Waaaa, baru coba-coba.. :D, Hope u like it!!
adhjfjvhidj
BalasHapusLANJUTTKANNN!!!!!
BalasHapus