Sabtu, 14 Agustus 2010

Semua Gara-Gara Bola Basket Part 3 :)

BRUUKK..
Audi atau yang sering di panggil Odi berhasil mencetak satu angka lagi pada permainannya kali ini. Senyuman kemenanganpun terlihat jelas pada wajah Odi. Sedangkan lawannya, lagi-lagi harus mendesah kesal. Odi sudah mengunggulinya.

Dari pertandingan satu bulan ini, Odi sudah memenangkan sebanyak 16 kali permainan, sedangkan lawannya hanya memenangkan permainan sebanyak 14 kali. Memang sudah menjadi kebiasaan Odi dan Randy, setiap hari, walaupun hari libur mereka tetap bertanding basket di lapangan basket sekolahnya. Odi termasuk gadis berkarakteristik sedikit tomboy.

Merekapun istirahat sejenak pada bangku di pinggir lapangan. Odi menggenggam sebotol air minum yang sengaja ia bawa dari rumah. Tanpa pikir panjang Odi langsung menenggaknya. Randy hanya bisa menyeka keringatnya dengan handuk yang ia bawa, dan memandangi air yang sedari tadi melesat bebas di tenggorokan Odi.

“Kenapa.? Loe nggak bawa minum.?” Odipun ikut menyeka keringatnya. Sedangkan Randy hanya menggeleng.

“Nih.” Odi melemparkan sebotol air pada Randy. Randypun menangkap sesuatu-yang-dilempar Odi dan mulai menenggaknya. “Gue sengaja bawa dua, karena gue tahu loe pasti nggak bakal bawa. Makanya gue bawain.”

Randypun hanya bisa nyengir di hadapan Odi. “Thanks, ya. Perasaan loe perhatian banget ama gue, jangan-jangan…..” Randy sengaja menghentikan kalimatnya.

Odi mengerutkan dahinya. “Jangan-jangan apa.?”

Randy memajukan sedikit kepalanya ke kepala Odi dan menatapnya. Refleks, Odipun membalas tatapan Randy dengan memundurkan kepalanya. Kerutan di dahi Odipun bertambah. Randy tersenyum jahil. “Jangan-jangan loe suka ya ama gue..??” Sebuah jitakan mendarat bebas di kepala Randy.

“Gila loe, sakit tau..!!” kata Randy sambil mengelus-elus tempat sasaran jitakan Odi.

“Salah loe juga. Kege_eran banget loe jadi orang.” Odipun menyeka keringatnya kembali. Pandangan Odipun terpaku pada seorang cewek yang melintas dan menuju ke kelas IPA1 dengan wajah yang tertunduk. Odi langsung mengenali sosok cewek itu, dan mulai beranjak dari bangku yang sedari tadi didudukinya.

“Mau ke mana loe.?” Tanya Randy yang melihat Odi tiba-tiba berdiri. Tanpa menoleh, Odipun mengatakan sesuatu. “Bukan urusan loe.” Kaki Odipun langsung melangkah, sesuai perintah di otaknya. Sedangkan Randy, hanya mengangkat bahunya dan kembali meminum air di botol yang sedari tadi di genggamnya.

***

Reva hanya bisa menenggelamkan wajahnya pada tumpukan kedua tangannya di meja. Reva menangis sejadi-jadinya. Kelas masih sepi, jam dinding di kelaspun masih menunjukkan pukul 06.00. Tanpa Reva sadari, sepasang mata telah melihatnya dari tadi.

Seseorang itu mencoba melangkahkan kaki ke bangku sebelah Reva. Dia membelai lembut rambut Reva, bermaksud untuk menenangkan. Isakan tangis Reva semakin kencang, ketika dia memeluk seseorang di sebelahnya.

“Udahlah Rev, nggak usah terlalu di pikirin. Lama kelamaan Bokap n Nyokap loe pasti sadar dengan apa yang udah mereka perbuat.” Tangan Odi kembali membelai lembut rambut Reva.

“Tapi, sampai kapan Di, sampai kapan nyokap n bokap gue bakal gini terus.? Gue nggak betah tinggal di rumah.!!!!! Merekapun nggak pernah nganggep gue ada.?!?”

Odi memegang pundak Reva dan menatap mata Reva. “Rev.. Kalo emang mereka nggak nganggep loe ada, kenapa sekarang loe bisa sekolah di sini.? Kenapa loe masih boleh tinggal di rumah mereka.? Hanya satu alesanya, Rev. Mereka masih sayang ama loe. Percaya ama gue..” kata-kata Odi sedikit mengurangi rasa sedihnya.

Reva mengusap air matanya dengan sapu tangan yang selalu dia taruh di dalam sakunya. Reva bisa merasa tenang sekarang. “Makasih ya, Ag. Loe ama Via emang sahabat terbaik gue.”

“Sama-sama lah. Eh Rev, gue denger loe habis ditimpuk bola ya ama Kevin.?” Kata-kata Odi mengubah air muka Reva.

“Tau dari mana loe.? Via.?”

Odipun menganggukan kepalanya. “Kok bisa, Rev.?” Tanya Odi, heran.

“Tau tuh, tiba-tiba tuh bola udah nyasar di kepala gue. Gue kesel ama dia. Gue mau bales perbuatan dia.” Odipun tertawa ngakak. Reva mendadak kesal setelah mendengar nama Kevin.

“Reva.. Reva.. baru kali ini, gue liat loe nanggepin yang begituan. Gak biasa loe.” Odi masih belum bisa menghentikan tawanya.

“Yeee.. emang gak biasa kali. Loe tau nggak dia udah nimpuk gue, di saat gue lagi kalut. Gak sebel tuh.?!” Reva memajukan mulutnya.

Odi menepuk-nepuk bahu Reva “Good luck deh, Rev. Gue ke lapangan basket lagi yah.” Odipun beranjak dari bangku sebelah Reva.

Mata Reva tertuju pada salah satu cowok di pinggir lapangan bola basket. Terlukis senyum jahil pada raut muka Reva. “Pantes, loe pengen ke sana lagi. Ada Randy sih.” Reva sedikit berdehem.

“Rese loe, Rev.” Odipun melemparkan sesuatu ke arah Reva. Tiba-tiba Odi dan Reva terbengong, ketika melihat salah seseorang, yang baru masuk ke kelas Reva sambil senyum-senyum sendiri.
*

“Tuh anak siapa sih?” tanya Kevin pada Randy dan Noval.

“Maksud loe? Cewek yang loe timpuk kemaren?” tebak Randy seakan tahu arah pembicaraan Kevin. Kevin mengangguk.

“Itu Reva temen gebetan gue.” Noval mencoba mengeshoot bola di tangannya. Masuk.

“Reva. Loe udah kenal dia?” tanya Kevin.

Noval mengangguk. “Walaupun dia terkesan cuek kaya kemaren, anaknya enak banget kalo diajak bercanda.”

“Kaya gitu enak diajak bercanda. Orangnya aja kaya macan buas gitu.”

“Loe salah, gue kasian ama dia.” Noval menggenggam bola basketnya dan menghampiri Randy dan Kevin di pinggir lapangan.

“Kasian?” tanya Kevin. Penasaran.

Noval mengangguk lagi. “Nyokap bokapnya kerjaannya bertengkar mulu.” Noval terdiam sejenak. “Loe tau kenapa kemaren dia marah-marah waktu loe habis timpukin dia?”

“Emosian. Mungkin.” Jawab Kevin sekenanya.

Noval menggeleng. “Nyokap Bokapnya abis bertengkar lagi.”

Air muka Kevin tampak berubah setelah mendengar penjelasan dari Noval. “Heran gue, masih ada orang tua kaya gitu.” Kevin menghela nafas. "Ternyata di balik sifatnya itu dia suka kesiksa kalo di rumah."

"Terus?" tanya Randy.

"Terus apanya?" tanya Kevin, bingung dengan pertanyaan temannya yang satu ini.

"Ya terus, apa yang bakal loe lakuin? Biasanya loe peduli banget sama orang yang kesusahan." jelas Randy.

"Gue udah punya ide. Tinggal bilang ke nyokap gue aja, pasti setuju." Kevin tersenyum lebar.

Bersambung :)

Maaf kalo jelek.. Lagi nggak punya ide nih.. :(

1 komentar:

Aferatha

Aferatha
Ajeng - FEbri - eRA- marTHA