Kamis, 05 Agustus 2010

Semua Gara-Gara Bola Basket Part-1 - By Miss Blue :) -

BUKK…!!!

“Aaaaww..” kata seorang cewek yang jatuh terduduk bersamaan dengan suara jatuhnya bola basket yang menggelinding tepat di sebelah kanannya. Dia terlihat sedang memegang bagian kepalanya yang terkena timpukan bola basket beberapa waktu yang lalu.

“Eh.. sory. Loe nggak papa kan..??” kata seorang cowok yang menghampirinya, dan mengulurkan tangannya bermaksud untuk menolong cewek tersebut.

Cewek itupun mengangkat wajahnya sambil menatap cowok yang menawarkan bantuan padanya. Dan tanpa diduga cewek tersebut menepis uluran tangan yang ada di hadapannya. “Nggak papa, nggak papa. Loe tau nggak, bola basket tuh segede apa. Gak sebanding kalo loe mau timpukin tuh bola ke kepala gue.! Kalo mau, timpukin aja bola basket itu ke kepala loe..!!!” teriak cewek itu sambil berdiri dengan kemampuannya sendiri.

“Gue juga nggak sengaja kali. Udah bagus gue mau nolongin loe. Siniin bola basket gue.” Kata cowok itu sambil menunjuk bola basket yang ia maksud.

“Emang gue pembokat loe apa.? Ambil aja sendiri.” Kata cewek tersebut masih dengan nada yang ditinggikan. Tiba-tiba dari arah belakang ada yang memanggilnya.

“REVAAA.. LOE NGGAK PAPA..!!” teriak sahabat karib yang-habis-kena-timpukan-bola-basket sambil berlari menuju ke arah lapangan.

“Eh.. loe temennya si cewek jadi-jadian ini ya.! Ajarin sopan santun ama dia. Kalo ada orang yang minta maaf seharusnya di maafin. Jangan asal nyolot nggak jelas..!!” kata cowok itu sambil berlalu dan menghampiri teman-teman basketnya.

“Ayo, Vi. Gue males ada di sini. Ketemu cowok rese kaya dia.” Kata cewek tersebut yang bernama Reva terhadap sahabatnya Via.

*

“Arrgghh.. Sial..!!!” kata Reva sambil duduk di salah satu bangku kelas XII IPA 2.

“Tadi loe kenapa sih, Rev.? Gue liat tadi loe lewat lapangan basket sambil marah-marah gitu.?” Tanya Via sambil duduk di bangku sebelah Reva.

“Gue KESEL!! Tadi pagi gue liat nyokap ama bokap gue bertengkar lagi, emang mereka nggak capek apa.?!?” Reva masih terlihat kesakitan dengan luka memar di keningnya.

“Loe yang sabar ya, Va” Via menenangkan Reva.

“Thanks ya Vi. Siapa tuh tadi yang nglempar gue, Kevin ya.?” Reva mendengus kesal.

“Yapp, dia temen sekelasnya Noval. Malah dia sebangku ama Noval.” Via menatap Reva.

“EGP. Mau dia temen sebangkunya Noval, temen seperjuangannya banci di taman lawang, ato temennya monyet di ragunan. TERSERAH..!! Yang jelas, mulai detik ini gue BENCI ama yang namanya Kevin..!! Udah bikin gue kesel untuk yang kedua kalinya..!!!” kata Reva sambil menunjukkan kekesalannya.

“Weeiitss. Benci nih. Bener-bener Cinta kan..??” kata Via dengan nada yang menggoda. Reva menatap Via dengan tatapan mata yang ingin menelan Via bulat-bulat.

Terbentuk sebuah cengiran di wajah Via. “Hehe.. jangan gitu dong, gue juga nggak serius kali.” Kata Via sambil membentuk huruf V dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.Pembicaraan merekapun terhenti sejenak, ketika Mrs.Rina memasuki kelas mereka.

*

Istirahat kali ini mereka putuskan untuk pergi ke perpustakaan. Selain tidak ada yang mengetuk pintu lapar mereka, beberapa waktu yang lalu Mrs. Rina menyuruh mereka untuk mencari artikel tentang sosialisasi. Ketika mereka sampai di bibir pintu perpustakaan, ada salah seorang guru yang memanggil mereka.

“Via, Reva..” yang dipanggilpun langsung mengurungkan niatnya untuk menginjakan langkah pertamanya di perpustakaan, dan langsung berbalik ke arah suara itu berasal.

Hah.? Mereka kaget setengah hidup(?) ketika mereka mendapati sosok wanita yang mungkin mempunyai predikat guru terkiller di sekolahnya. Apa mereka belum mengerjakan PR.? Apa mereka mendapat nilai terjelek dalam ulangan Fisika kemarin.? Oh Tuhan apalagi ini.?

Merekapun segera melangkahkan kakinya ke arah Bu Uchie. Entah roh apa yang bisa mendorong mereka sampai ke hadapan Bu Uchie. Wajah yang semula mereka tundukkan langsung mendongak ke atas, dan mata mereka langsung terpaku pada wajah guru terkillernya tersebut.

“Ada apa, Bu..?” tanya Via dengan lirih.

“Tolong panggilkan Kevin dan Noval anak XII IPA 3, suruh menghadap Ibu sekarang.” Kata Bu Uchie dengan jelas.

“Hah.? Apa Bu.? Maksud ibu Raynald Kevin Pradana itu.?” Tanya Reva dengan tatapan kesal. Revapun tak tahu roh apa yang memasuki dirinya, sehingga dia berani berbicara dengan keras terhadap guru yang mungkin menjadi pusat ketakutan di sekolahnya. Dan mengapa ia hanya menyebutkan satu nama, sedangkan satunya.? Ah, masa bodoh.

“Apa ada masalah Reva.” Kata Bu Uchie sambil menatap Reva dalam-dalam.

Ketika Reva akan membuka mulutnya, Via yang berada di samping Reva langsung menyela Reva. “Ngg..Nggak Bu. Kalo gitu kita permisi dulu. Mari Bu.” Kata Via sambil menarik lengan Reva . Dan Reva hanya menatap Via dengan tatapan heran.

Setelah jauh dari tempat Bu Uchie berdiri, Reva langsung menepis tangan Via, yang sedari tadi mencengkeram lengannya.

“Lepasin napa..!!” kata Reva sambil berkacak pinggang.

“Loe gila ya, Rev.? Lo tau kan Bu Uchie itu siapa.? Bisa-bisa loe nggak ikutan pelajaran Bu Uchie selama 1 semester, mau loe..??!!??” kata Via sambil melotot ke arah Reva.

“Tau ah, burem gue. Loe panggil aja mereka. Gue nggak ikut-ikutan.” Reva melangkahkan kakinya menuju ke kelasnya. Via terlihat sedang menepuk keningnya.

“Gila Rev, gue lupa..!!!” teriak Via. Yang merasa namanya di sebut menghentikan langkahnya, dan menoleh ke belakang. Reva menatap Via dengan tatapan  tanya.

“Gue lupa ngerjaen PR Fisika, loe udah kan Rev, gue pinjem ya.. Loe baik deh.. Dadaa Reva… Loe panggil mereka yaaaa…” teriak Via sambi berlari menjauhi Reva.

“VIIIIAAAAAAAA..” berpuluh pasang matapun menatap ke arah Reva.  Dan Reva menatap berpuluh pasang mata itu dengan tatapan yang sinis. “Apa loe liat-liat.. Huh.!!” Kata Reva sambil menuju ke kelas IPA 3, kelas Kevin dan Noval.

Bersambuungg .. :)

1 komentar:

Aferatha

Aferatha
Ajeng - FEbri - eRA- marTHA